Kunjungan studi pemahamam beberapa wartawan Pemda Gowa ke berbagai obyek
wisata, diantaranya Malioboro Jogyakarta dan Candi Prambanan beberapa waktu
lalu, Di Candi Prambanan ada beberapa hal yang perlu diitiru,
diantaranya tingginya kratifitas dari warga setempat untuk membuat barang
souvenir sebagai ole-oleh buat wisatawan, mulai dari gantungan kunci, baju kaos
wisata Prambanan, sepeda ontel dan masih banyak lainnya.
Sementara itu, salah seorang pramu wsata menceritakan tentang kisah cinta
Putri Loro Jongrang di Candi Prambanan. Kisah selajutnya diceritakan. Pada
zaman dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri dua buah
Kerajaan Hindu, yaitu Kerajaan Pengging dan kerajaan Boko. Kerajaan Pengging daerahnya
subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan bijaksana, namanya
Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra bernama Raden Bandung Bondowoso.
Sedangkan Kerajaan Keraton Boko berada pada wilayah kekuasaan Kerajaan
Pengging, diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka . Ia tidak
berwujud manusia tetapi berwujud seorang raksasa besar, suka makan daging
manusia, bernama Prabu Boko. Prabu Boko mempunyai seorang putri yang cantik
jelita bak bidadari turun dari negeri kayangan , namanya Putri Loro Jongrang.
Raja Prabu Boko juga memiliki seorang patih yang berwujud raksasa, namanya
Patih Gopolo. Prabu Boko melakukan pemberontakan ingin menguasai Kerajaan Pengging, maka ia dan
Patih Gopolo mengumpulkan kekuatan dan melatih para pemuda menjadi prajurit yang
tangguh dan meminta harta pada rakyat sebagai bekal dalam peperangan..
Setelah semua persiapan dirasa cukup, maka berangkatlah Prabu Boko dan
prajuritnya menuju Kerajaan Pengging untuk melakukan pembrontakan. Terjadilah
perang hebat antara prajurit Kerajaan Pengging dengan prajurit Kerajaan Boko.
Dari perang yang berlangsung beberapa hari banyak menelan korban kedua belah
pihak. Rakyat kedua belah pihak menderita
kelaparan akibat perang..
Mengetahui rakyat menderita dan sudah banyak korban meninggal, maka Prabu
Damar Moyo mengutus anaknya Raden Bandung melawan Prabu Boko. Kesaktian yang dimiliki oleh Radeng Bandung Bondowoso membuat Prabu Boko
tak berdaya, akhirnya raja yang lalin itu berhasil dibinasakan.
Melihat Rajanya tewas, maka Patih Gopolo melarikan diiri. Raden Bandung
Bondowoso kemudian mengejar Patih Gopolo sampai di Keraton Boko. Setelah sampai
di Keraton Boko, Maha Patih Gopolo
melaporkan pada Putri Loro Jongrang, bahwa ayahandanya telah tewas di medan
perang, dibunuh oleh ksatria Pengging bernama Raden Bandung Bondowoso. Maka
menangislah Putri Loro Jongrang, sedih
karena ayahnya telah tewas di medan perang.
Sesampainya Raden Bandung Bondowooso
di Keraton Boko, ia terkejut melihat Putri Loro Jongrang menangis.
Kecantikan putri Loro Jongrang membuat
Radeng Bandung tertarik, Ia ingin dipersunting dengan Putri Loro Jongrang sebagai istrinya.
Mendengar keinginan Raden, Putri Loro Joingrang menolak untuk dipersunting
dengannya, karena ialah yang membunuh ayahnya. Untuk menolak pinangan Raden
Bondowoso, Putri Loro Jongrang
bersiasat, ia bersedia dipersuting dengan Raden Bondowoso dengan syarat Raden mau mengabulkan
permintaannya yakni Putri Looro Jongrang ingin dibuatkan sumur jala tunda dan 1000
candi dalam semalam.
Dari persyaratan itu Raden Bondowoso
menyanggupinya. Raden segera membuat
sumur jala Tunda, dan setelah jadi
ia memanggil Putri Loro Jongrang untuk melihat sumur. Kemudian putri
Loro Jongrang menyuruh Raden Bandung masuk ke dalam sumur. Setelah Raden sampai
dibawah sumur, Putri memerintahkan Patih
Gopolo menimbun sumur dengan batu. Raden Bandung pun tertinbun batu dalam sumur
itu. Putri Loro Jongran dan Patih Gopolo menganggap bahwa Raden telah mati. Ternyata Raden Bandung belum
mati. Ia bersemedi untuk keluar dari
sumur yang tertimbun tersebut.
Raden Badung kemudian menemui Putri Loro Jongrang dan marah sekali, karena
telah menimbunnya dalam sumur, tapi karena kecantikannya, kemarahan Raden bisa meredah.
Kemudian Putri Loro Jongrang menagih janji kedua, Raden Bandung dituntut membuat 1000 candi dalam semalam.
Maka segeralah Raden Bandung memerintahkan para jin jin untuk membuat candi, di
lain pihak Putri Loro Jongrang berniat untuk menggagalkan usaha Raden Bandung
membuat Candi. Ia kemudian memerintahkan para gadis-gadis untuk menumbuk padi
dan membakar jerami supaya kelihatan terang sebagai pertanda pagi sudah tiba dan ayampun berkokok bergantian.
Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi di timur kelihatan terang,
maka para jin berhenti membuat candi. Jin melaporkan pada Raden Bandung, bahwa
jin tidak bisa meneruskan pekerjaan, karena pagi sudah tiba.
Menurut firasat Raden, pagi belum tiba, maka dipanggillah Putri Loro
Jongrang, disuruh menghitung candi yang sudah dibuat dan ternyata jumlahnya
baru 999, jadi yang belum jadi sisa satu candi sedangkan fajar sudah mulai menyinsing.
Maka Putri Loro Jongrang tidak mau dipersunting dengan Raden Bandung.
Karena merasa ditipu dan dipermainkan, maka Raden Bandung murka sekali dan
mengutuk Putri Loro Jongrang. “Hai Loro Jongrang, candi 1000 yang kau inginkan kurang satu dan genapnya siribu engkaulah
orangnya”. Aneh bin ajaib, putri Loro Jongrang berubah menjadi arca patung
batu.
Sampai sekarang arca patung Loro Jongrang masih ada di candi Prambanan. Dan
Raden Bandung mengutuk para gadis disekitar Prambanan menjadi perawan kasep
(perawan tua), karena telah membantu putri Loro Jongrang. Menurut kepercayaan
orang dahulu, bahwa pacaran di candi Prambanan akan putus cintanya..
Runtuhnya beberapa candi di Prambanan disebabkan karena perpindahan Ibukota
Kerajaan Mataram ke Jawa Timur sehingga
tidak terawat dengan baik, ditambah dengan terjadinya gempa bumi yang cukup
dahsyat beberapa kali membuat candi 1000 di Prambanan banyak yang rubuh. *